Escape to Malang (part 2)


Salam hangat.

Haduh, hampir sebulan ya saya menunda posting lanjutan escape to Malang di WordPress, saya sampai lupa mau nulis tentang perjalanan saya ke Malang. Hmm.. bukan perjalanan sih, mungkin lebih enak kalau saya sebut sebagai escape yah J.

Ohya, jadi seperti yang saya bilang pada cerita sebelumnya, saya ke Malang dalam rangka mencari short getaways, dan disana saya malah bertemu dengan keluarga baru, keluarganya Rima, mamahnya, adik-adiknya. Hehehe. I’m thank so much to my sister in law, Rima, yang sudah mau saya repotkan selama berada disana.

  1. Surabaya, Suramadu, Bebek Sinjay Madura

Jadi ceritanya hari kedua di Malang saya diajak ikutan ke Surabaya untuk menghadiri acara pengajian keluarga besarnya Rima, karena tantenya mau umroh, oke, kami berangkat pagi-pagi ke Surabaya, melewati jalan tol Surabaya-Porong, yang mana hal itu mengingatkan saya pada road trip Bromo-Bali saya dan beberapa kawan saya dua tahun yang lalu. 

Umar benar, akan banyak sekali kenangan yang bisa saya mainkan di otak saya ketika melewati jalur-jalur yang pernah kita lewati bersama. Tapi itu hanya kenangan, pada akhirnya, masa sekaranglah yang saya pikirkan. Kembali ke Surabaya, sekitar dua jam (atau lebih) perjalanan Malang-Surabaya. Sampailah kami di rumah tantenya Rima. Karena ibu-ibu mau memasak untuk acara pengajian, kami memutuskan buat melihat jembatan Suramadu (jembatan ini membanggakan sekali buat orang Jatim karena dibangun oleh anak bangsa) dan tentunya makan bebek Sinjay Madura yang terkenal di seantero Surabaya.

Berangkatlah kami ke Suramadu, berlima. Saya, Angga, Rima, dek Arif dan dek Anta (adik-adiknya Rima). Jembatan Suramadu memiliki panjang  5.438 meter dengan lebar kurang lebih 30 meter. Jembatan ini menyediakan empat lajur dua arah selebar 3,5 meter dengan dua lajur darurat selebar 2,75 meter. Jembatan Suramadu juga dilengkapi dengan lajur yang khusus diperuntukkan bagi pengendara sepeda motor yang terletak di kedua sisi jembatan. Untuk bisa menyeberangi selat Madura melalui jembatan ini, kendaraan roda empat harus membayar sebanyak tiga puluh ribu rupiah, sementara untuk kendaraan roda dua, cukup dengan uang tiga ribu rupiah sudah bisa menyeberangi selat Madura. Sampai di sisi jembatan, saya senang karena dari dulu kepengen tau yang namanya Madura dan akhirnya kesampean (walaupun cuma di Bangkalan).

Seperti yang sudah direncanakan… selepas mengagumi jembatan Suramadu yang terkenal itu, kami lalu makan di rumah makan bebek yang paling terkenal di Madura, yaitu Rumah Makan Bebek Sinjay. Bebek Sinjay beralamat di Jalan Raya Ketengan no. 45 Bangkalan. Kurang lebih kalau dari jembatan Suramadu pilihlah jalan menuju kota Bangkalan (belok kiri setelah keluar jembatan Suramadu), cukup ikuti jalan sampai terlihat tempat parkir mobil yang agak penuh dan di kanan jalan, sebuah rumah makan bertuliskan Bebek Sinjay ramai dipadati pengunjung. 

Begitu masuk dan melihat bagaimana pengunjung rumah makan berebut bangku dan mengular dalam antrian yang sangat panjang untuk bisa menikmati bebek yang kabarnya merupakan bebek terenak di antara yang lain, rasanya tidak terlalu berlebihan kalau saya bilang “belum ke Madura kalau belum coba bebek Sinjay”. Ya, diantara banyak nasi bebek yang ada di Bangkalan, nasi bebek di rumah makan Bebek Sinjay lah yang paling ramai.

Saya sendiri bahkan terheran-heran melihat betapa suksesnya si pemilik restoran tersebut. Bagaimana tidak, sebuah aula besar seukuran dua kali lapangan futsal itu penuh dengan meja kursi! Bahkan ketika pengunjung belum selesai makan, kursinya sudah ditunggui pengunjung berikutnya. Luar biasa. Dengan harga yang cukup terjangkau (paket 20 ribu rupiah sudah dapat nasi bebek dan minuman), kita bisa merasakan bebek paling enak di Bangkalan. Penasaran rasanya, deskripsi saya adalah, bebek dengan sambel pencit (sambel mangga) yang ekstra pedas, ditambah dengan kelapa muda glondongan, hmmm…. ngga rugi deh kalau harus jauh-jauh menyeberang selat Madura untuk bisa mencobanya. Ohya, buat yang mau pesan bebek Sinjay, saran saya adalah, kalau kamu tipe orang yang makannya banyak, lebih baik pesan dua porsi, karena kalau hanya pesan satu porsi dan kepengen nambah, harus antri selama 1 jam (lagi) saking panjangnya antrian. Karena di bebek Sinjay ini, kamu tidak akan dilayani oleh waiters yang akan berkeliling menanyakan ‘mau pesan apa’, tetapi pengunjung sendiri yang langsung memesan. Mengantri. Hehe.

 Image

Lihat, betapa ramainya Nasi Bebek Sinjay Madura.. Nah, foto yang paling kanan bawah, itu jembatan Suramadu saya foto dari dalam mobil.

Image

Nah ini adalah nasi bebek sinjay yang terkenal enak itu (foto ini saya ambil dari google, karena kelaperan, jadi ngga sempat foto makanan)

  1. Batu Secret Zoo, Eco Green Park, Museum Satwa

Hari selanjutnya, pergilah kami ke salah satu tempat terbaik di Batu, Jawa Timur, yaitu Batu Secret Zoo! Batu Secret Zoo (BSZ) merupakan sebuah kebun binatang berkonsep modern pertama di Indonesia (yang ini saya baru tahu dari website jatimpark2. Hehe). BSZ beralamat di Jl. Raya Oro-oro Ombo no. 9 Kota Wisata Batu, Jawa Timur, dan beroperasi pukul 10.00 sampai dengan 18.00 WIB. Jadi, ternyata, spot wisata yang ada di BSZ ini bukan hanya kebun binatang, tetapi juga ada Eco Green Park (kebun binatang modern yang berisi burung-burung dari seluruh dunia), dan sebuah museum satwa (isinya adalah berbagai fosil binatang dan dilengkapi dengan perpustakaan tentang satwa).

Ceritanya, hari itu kami bertiga (saya, Rima, Angga) berangkat pukul 08.30 dari Malang dan tiba di Batu pukul 09.30, pada musim liburan memang BSZ sangat penuh dipadati oleh pengunjung (di sini saya penasaran, sebagus apa sih memangnya kebun binatang modern ini, sampai tempat parkirpun sulit dicari, macet, dan lain sebagainya, tapi saya menyimpan rasa penasaran saya untuk dipuaskan setelah berhasil masuk BSZ), setelah kami berhasil mendapatkan tempat parkir, kami lalu membeli tiket masuk. Saat itu, bertepatan dengan liburan akhir tahun, harga tiket digolongkan sesuai dengan tempat wisata yang ingin kita kunjungi, untuk lebih murah, pihak management sengaja memberikan harga paketan, yaitu: Jatim Park 2 (Museum Satwa + Batu Secret Zoo) Rp. 100.000, Museum Satwa + Batu Secret Zoo + Eco Green Park Rp. 120.000, sementara untuk bisa masuk ke Jatim Park 1 (BNS) dan 2 sekaligus dikenakan biaya sebesar Rp. 175.000 dan tiket berlaku marathon untuk dua hari. Kami memilih pilihan kedua.

Setelah tiket di tangan, kami langsung memutuskan untuk masuk ke Eco green park lebih dulu karena BSZ buka pada pukul 10.00, karena jarak antara Eco green park dengan BSZ cukup jauh, kami lalu menumpang mobil kereta Thomas hingga sampai di depan pintu masuk eco green park. Begitu masuk, langsung kerasa sekali kami disambut oleh gamelan kecil di panggung, pemain musiknya adalah anak-anak. Lalu pemandangan awal yang kami liat adalah miniatur bangunan candi, berjalan masuk sedikit, ada sebuah patung gajah yang terbuat dari tumpukan TV, kemudian ada lemari kaca berisi serangga yang diawetkan, termasuk di dalamnya kupu-kupu. Kemudian kami masuk lebih jauh, melihat burung-burung dari berbagai tempat di dunia. Kasuari, Merak, Macau, Burung hantu, Elang, Angsa raksasa, Cenderawasih, Kakaktua, dan masih banyak lagi.

Eco green park menawarkan suasana kebun binatang khusus burung yang ramah lingkungan, bersih, serta terlihat sangat tertata. Satwa di dalamnya pun terlihat sangat terurus, lincah, dan terlihat gembira (abaikan, bagaimana mungkin saya bisa menilai mana satwa gembira dan mana yang muram). Di Eco green park, kita juga bisa berfoto dengan burung Macau, Kakaktua, maupun Elang, semuanya gratis, Cuma modal mengantri dan berfoto dengan menggunakan kamera sendiri. Ohya, pengalaman saya berfoto dengan Kakaktua jambul kuning, begitu ditaruh oleh pawangnya ke tangan kanan saya, Kakaktua tersebut berjalan ke arah pundak saya dan sukses bikin saya ketakutan, karena dia mengambil jarum pentul dari kerudung saya. Setelah puas berkeliling Eco Green Park, perut mulai lapar dan kami makan di food court yang ada di dalam. Sambil makan, kita bisa melihat atraksi burung (si burung kakaktua dan macau ini diajari beberapa hal yang membuat orang tertawa), selain itu dari food court juga bisa melihat burung Unta yang sangat tinggi sekaligus seram!

Tujuan berikutnya adalah BSZ, kembali kami menumpang kereta-keretaan Thomas hingga pintu masuk BSZ. Ketika masuk BSZ, binatang yang pertama kita liat adalah monyet-monyet kecil dengan ekor yang panjang. Binatang lainnya yang akan kita lihat adalah tikus raksasa, entah kenapa, saya geli sekali melihatnya. Ukurannya 10 kali tikus biasa, bentuk dan warnanya sama, dan bayangkan kalau tikus-tikus tersebut lepas. Aaaak!! Apa yang terjadi terjadilah! (tapi untungnya tidak). Seperti halnya Eco green park, BSZ dilengkapi dengan fasilitas sepeda matic (eco bike), yaitu sebuah kendaraan yang disewakan Rp.100.000 per 3 jam. Jadi, pengunjung ibu hamil maupun lansia tetap bisa menikmati berjalan-jalan di kebun binatang tanpa merasa lelah.

Salah satu hal yang menarik dari BSZ adalah, di sana terdapat berbagai wahana permainan anak-anak, dengan penataan rapi dan tidak ada sampah berserakan di dalamnya, wahana nya pun terlihat terawat dan aman bagi anak-anak. Selain wahan permainan anak, terdapat pula pertunjukan anjing laut bernama Wily dan Laro yang sangat memukau penonton, ditambah dengan atraksi seekor burung pelican besar yang berlari-larian menggemaskan. Setelah menonton atraksi anjing laut dan pelican, kami berkeliling kebun binatang, melihat berbagai macam binatang, seperti harimau putih (yang sudah kelihatan tua dan stress, iya, saya menilai ia stress karena kegiatannya hanya berjalan mondar mandir mengelilingi kandang), kemudian ada anjing pemburu dari Afrika, hyena, yang selalu mengingatkan saya pada film Nick Xaw, kemudian jerapah, monyet berpantat merah, beruang madu (bercandaan saya adalah ‘wah, ketemu mantan pacar di kebun binatang’ karena dulu saya pernah punya pacar yang gede banget dan sempat saya katain ‘papa bear’), singa, cheetah, jaguar, dan puma! Ohya, bagi yang muslim, jangan khawatir karena di BSZ juga disediakan mushola dan toilet yang bersih, jadi jangan ada alasan untuk meninggalkan sholat ya.. 😀

Setelah puas mengelilingi Eco Green Park dan Batu Secret Zoo, kami masuk ke museum satwa. Seperti kebanyakan museum, museum satwa dilengkapi dengan berbagai diorama/ gambar binatang/ patung berbagai binatang yang diawetkan, seperti buaya, zebra yang ditangkap oleh singa, serangga dan kupu-kupu yang diawetkan, dan fosil dinosaurus. Tidak banyak yang bisa saya ceritakan tentang museum satwa, karena kami masuk 10 menit sebelum museum tutup. Jadi ya hanya berkeliling-keliling ala kadarnya. Hal yang saya sadari adalah, baru kali itu saya berjalan-jalan ke kebun binatang mulai dari belum buka hingga kebun binatang tutup. Hehehe. Tapi memang BSZ layak untuk dikunjungi bersama dengan keluarga dan anak-anak. Sayapun bertekad, kalau nanti ke Malang lagi, masih mau ke BSZ. Ngga ada bosennya. Hehe 🙂

Image

pengunjung boleh berfoto gratis dengan burung 🙂

Image

Eco Green Park..

Image

 Batu Secret Zoo, berserta sebagian isinya. Eh, ada mantan saya! Hehe

  1. Susu Segar Batu dan  Sate Kelinci Batu

Cuaca Desember di kota Malang merupakan waktu yang tepat untuk upaya penggemukan badan. Malang yang sering diguyur hujan pada pagi dan malam hari membuat nafsu makan saya yang tadinya 0 menjadi naik 100%. Pada hari keempat kami di Malang, berkunjunglah kami ke kota Batu, melihat alun-alun Kota Batu yang dinobatkan sebagai alun-alun paling bersih se-Indonesia. Pada kunjungan saya ke Malang sebelumnya, saya sempat datang ke alun-alun Malang, yang saya nilai sebagai alun-alun bersih dan merupakan tempat yang asik untuk sekedar menghabiskan waktu bersama keluarga. Kesempatan kali ini, saya ke alun-alun kota Batu. Alun-alun Kota Batu sangat indah, asri, sejuk, ramai, namun tetap bersih dan tertata rapi. Di dalamnya terdapat sebuah apel raksasa yang menandakan bahwa ikon kota Batu adalah buah apel. Kalau ke Batu, saya pasti langsung ingat dengan Lembang, di Lembang, terdapat satu toko susu murni yang sangat saya sukai, yaitu toko serba susu. Nah, di kota Batu, terdapat banyak depot susu murni, hanya saja, ada satu toko yang sangat terkenal dan perlu antrian cukup panjang untuk bisa sekedar minum susu. Nama tokonya adalah Depot Susu Ganesha (Nandhi Murni) yang terletak tepat di depan alun-alun Kota Batu. Satu kata yang saya bisa deskripsikan untuk diri saya sendiri adalah “Kalap”, yap, saya membeli susu segar 1 liter disertai dengan susu-susu di botol kecilnya. Puas dengan segala hal berbau susu, kami lalu turun dari Batu dan menyempatkan diri untuk makan sate kelinci.

                Kelinci? Bukannya kamu suka kelinci? Nggak kasihan? Kok tega sih? Pertanyaan-pertanyaan itulah yang pada awalnya memenuhi pikiran saya sebagai penyuka hewan kelinci. Namun, begitu diajak makan sate kelinci di Cibinong oleh mbak Inda tempo hari, saya jadi mikir, makanan enak begini, mana mungkin saya bisa menolak. Lagi pula, kelinci yang biasa saya sayangi itukan jenis kelinci hias, sementara kelinci yang dijadikan sate adalah kelinci pedaging, kelinci yang memang sengaja diambil dagingnya untuk dikonsumsi. Itulah pembelaan saya, sehingga saat ini saya bisa mengkonsumsi sate kelinci. Ohya, Sate Kelinci yang saya datangi di Batu adalah “Warung Sate Kelinci Batu” yang terletak persis di sebelah kanan gapura selamat datang di kota Batu.

                Awalnya saya mikir sate kelinci itu rasanya seperti sate kambing, namun ternyata salah. Sate kelinci itu rasanya seperti sate ayam, hanya saja lebih lembut, harum, dan kenyal. Nah, rata-rata memang sate kelinci ini lebih mahal dibandingkan dengan sate ayam, di warung sate kelinci batu ini sendiri, harga per porsinya adalah Rp. 25.000 belum termasuk dengan nasi putih. Cukup murahkan? Nah, pastikan kalau berkunjung ke Malang, makan di tempat makan ini, soalnya rugi kalau ngga nyobain.

Image

Alun-alun kota Batu yang terkenal (lagi-lagi saya mengambil fotonya dari google. Saking terpananya melihat alun-alun indah, saya ngga sempat foto)

Image

Nah, inilah sate kelinci batu yang saya bilang paling enak se-batu itu..

  1. Toko OEN Malang

Salah satu tempat makan yang harus dicoba ketika berada di Malang adalah Toko OEN Malang. Toko OEN sudah ada di Malang sejak tahun 1930, makanya tidak mengherankan kalau pas kesana sering bersamaan dengan turis-turis luar negeri, karena ya maklum, merupakan salah satu toko es krim tertua, sehingga tour guide nya pasti menyarankan para turis untuk berkunjung ke toko Oen ini. Letaknya yang strategis (dekat dengan alun-alun Malang) menjadikan toko ini selalu ramai dikunjungi. Seperti halnya Toko Es Krim Ragusa Italia di jalan Veteran Jakarta, Toko Oen menyediakan es krim legendaries yang dibuat tangan. Rasa esnya hampir sama dengan yang di Ragusa. Selain berbagai macam jenis es krim, toko Oen juga menyediakan makanan seperti steak, setup buah, es selasih, dan macam-macam lainnya.

Konsep bangunan lawas yang masih dipertahankan disertai dengan interior meja kursi lawas membuat pengunjung serasa bernostalgia melintasi waktu ke tahun 1930an. Sayangnya, toko yang sudah lama berdiri tersebut kurang terawat, terlihat dari lantainya yang sedikit kotor, serta waiters nya yang kalau menurut saya kok agak kurang tanggap ya? Hehe, mungkin saking banyaknya pengunjung jadi bingung. Hehe. Ohya, saya sendiri memesan banana split. Seperti kegemaran saya, pisang. Harga es krim di toko Oen Malang ini dibandrol dari Rp. 15.000 hingga Rp. 40.000, cukup murah untuk sebuah wisata nostalgia lintas waktu.

Image

foto banana split nya menggoda banget! Pingin!

Nah, beberapa hari terakhir di Malang saya gunakan untuk menemani sepupu saya membeli pakaian dan perlengkapan bayi serta silaturahmi mengunjungi rumah teman di Kepanjen. Oke, segitu dulu laporan perjalanan saya, next time saya berencana kemana lagi ya.. Mungkin Jogja dan Klaten. Semoga jadi. Dengan demikian, selesailah patah hati saya. Tuntas. Terima kasih Malang dan sebagian Jawa Timur, you really heal my broken heart.

 Jadi kalau patah hati, coba berlibur sama keluarga deh, dijamin langsung sembuh. #pengalaman

-a-

Leave a comment